Kamis, 29 November 2012

Review Film 2 Charlie Chaplin "Modern Times"


Ketika Modernitas Mengambil Bagian dalam Kehidupan Manusia




Manusia menghadapi masa modern, masa dimana manusia memanfaatkan teknologi canggih berupa mesin-mesin untuk mempermudah pekerjaannya. Kehidupan modern ini tergambar lewat Film setengah bisu Charlie Chaplin yang  berjudul “Modern Times”. Meski film ini tergolong film lama, tetapi ide cerita film ini masih relevan dengan kehidupan manusia saat ini yang memasuki era modernisasi. Film jebolan tahun 1936 ini menggambarkan kehidupan para pekerja pabrik yang setiap hari bersinggungan dengan mesin-mesin untuk membantu menyelesaikan pekerjaannya. Kehidupan modern membuat segala sesuatunya dituntut untuk menghargai waktu sebaik-baiknya dan tidak membuang-buang waktu dengan percuma. Sepeti halnya produk-produk modern yang tergambar dalam film ini. Mesin-mesin dalam pabrik bekerja sangatlah cepat sehingga pekerjanyapun harus cekatan mengikuti mesin-mesin tersebut. Arti modern sendiri juga identik dengan segala sesuatu yang praktis. Hal ini juga tergambar dari mesin makanan yang membuat orang-orang tidak perlu repot-repot untuk makan menggunakan kedua tangannya. Ia hanya perlu duduk dan membiarkan mesin bekerja sesuai dengan fungsinya.
Kehidupan modern sendiri juga telah mengubah cara bekomunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Orang berkomunikasi tidak mesti harus bertatap muka dan bertemu langsung. Melalui mesin dan teknologi canggih, kita dapat berkomunikasi dengan orang lain tanpa harus bertatap muka dengan lawan bicara. Hal ini tercermin dalam film ini ketika direktur atau bos pabrik berkomunikasi dengan pekerjanya melalui kaca monitor. Dia tidak perlu bertemu langsung dengan para pekerjanya. Dengan duduk dan menghadap kaca monitor, ia pun bisa menyampaikan pesan yang ingin ia sampaikan kepada pekerjanya. Memang kehidupan modern telah membuat komunikasi menjadi lebih mudah dan praktis. Tetapi sebenarnya, kehidupan modern ini juga membuat manusia yang notabene makhluk sosial dapat menjadi makhluk individual. Hubungan langsung dengan manusia lainnya pun semakin jarang dilakukan. Seperti halnya manusia saat ini yang telah terlena dengan kecanggihan teknologi, seperti internet. Sekarang sedang trendnya orang berkomunikasi melalui situs jejaring sosial , seperti facebook dan twitter yang  terkadang dapat menyebabkan mereka melupakan kehidupan sosial yang sesungguhnya.
Film Charlie Chaplin “Modern Times” ini juga menggambarkan sisi lain dari modenitas lewat penggambaran kehidupan sang tokoh. Tokoh utama yang diperankan oleh Charlie Chaplin ini diceritakan sangatlah bekerja keras bahkan dapat dibilang ia bekerja bagai mesin di tempat kerjanya yaitu di pabrik. Hal ini membuatnya menjadi gila sehingga ia ditangkap dan masuk penjara. Sewaktu di pabrik, Charlie Chaplin dijadikan bahan percobaan untuk mencoba mesin makanan yang membantu manusia makan tanpa perlu menggunakan tangannya. Ternyata mesin tersebut rusak dan membuat Chaplin menderita. Hal ini membuktikan bahwa teknologi-teknologi canggih yaitu di zaman modern juga dapat merusak dan merugikan kehidupan manusia jika tidak ada sejalan dengam pemikiran manusia. Selain itu, meski segala sesuatunya sudah semakin canggih dan semakin baik, tetapi di kehidupan modern tetap saja masih ada kemiskinan dan pengangguran. Kehidupan modern tidak merata di seluruh lapisan masyarakat, tetapi hanyalah masyarakat tertentu saja. Seperti halnya dengan kehidupan masyarakat Indonesia yang ada saat ini. Tidak semua masyarakat Indonesia merasakan kehidupan modern. Masih ada sebagian masyarakat yang tidak mengenal modernitas sehingga mereka tertinggal. Orang-orang yang mengerti dan mengenal produk-produk modernlah yang dapat dengan mudah mendapatkan pekerjaan, jika tidak, mereka bisa saja menjadi pengangguran. Pengangguran disini berdampak pada kesenjangan sosial, kemiskinan, dan meningkatnya angka kriminalitas. Lewat film Charlie Chaplin “Modern Times” ini kita dapat melihat bahwa modernitas sudah mendominasi dan menjadi bagian dari manusia sampai saat ini. Kita juga tidak bisa selalu mengandalkan mesin untuk hidup karena suatu saat mesin-mesin tersebut dapat rusak sehingga merugikan manusia itu sendiri.  


Tulisan By : Lia Titi Malinda
*Dilarang keras mengcopy paste tanpa seijin penulis