Film
“Kugapai Cintamu”, salah satu film yang lahir di era 1970an tepatnya pada tahun
1977. Di setiap tahun, film-film Indonesia tentu memiliki ciri-ciri khas
tersendiri termasuk dengan film “Kugapai Cintamu” yang untuk saat ini kita
dapat menyebutnya sebagai salah satu film jadul yang sangat laris pada
zamannya. Film ini dibintangi oleh bintang film senior Indonesia yang tentunya
sudah tidak asing lagi di telinga kita, yaitu Roy Marten, Cok Simbara, Jenny Rachman,
dan Lenny Marlina. Film ini berlatar belakang di daerah Kota Yogyakarta
tepatnya di Universitas Gadjah Mada pada masa-masa Ospek penerimaan mahasiswa
baru.
Setelah menonton film “Kugapai Cintamu” ini, saya dapat
melihat kekhasan dari film-film yang dibuat di era tahun 1970an. Dari segi
busana pemainnya, perempuan lebih identik menggunkan rok yang lebar, laki-laki
identik menggunakan celana yang semakin melebar di bagian bawahnya. Film di era
ini juga tidak segan-segan untuk menggunakan kata-kata kasar dan kotor di dalam
dialognya, seperti kata “Bajigur, Asu, Lonthe, Tai, Brengsek, dll”. Sepertinya
di era ini tidak ada lembaga sensor yang ketat menyensor bagian-bagian atau
dialog-dialog seperti ini. Cara pengambilan gambarnya pun masih terasa sangat
kasar. Ketika akan memfokuskan ke muka salah satu pemain untuk mengambil ekspresi
wajah, teknik zoomnya pun masih tidak
sehalus film-film di era saat ini. Kekhasan film ini juga identik dengan
pergaulan yang telalu bebas yang digambarkan pada tokoh Irawati (diperankan
oleh Jenny Rachman) bersama teman-temannya, minum minuman keras, perempuan
merokok, dan akhirnya Irawati hamil di luar nikah. Di dalam film ini juga ada
adegan Widuri yang dijebak oleh Irawati. Widuri diperkosa dan akhirnya ia juga
hamil di luar nikah. Yang saya heran, tokoh Widuri ini kelewat baik atau apa
ya? Jelas-jelas ia diperkosa dan dijebak, martabatnya sebagai wanita telah
direnggut, tetapi dia tetap saja baik terhadap Irawati, seperti tidak ada
perlawanan sama sekali tetapi hanya pasrah dan menerima nasib.
Menurut saya salah satu contoh adegan yang menarik dalam
film “Kugapai Cintamu” ini ketika penganalogian tokoh Todi dan Irawati yang
tidak akur sebagai sepasang suami istri dengan penggambaran dua kucing yang
sedang bertengkar. Menurut saya, bagian tersebut sangatlah menarik. Kita tidak
perlu selalu menjelaskan adegan film dengan dialog tetapi bisa juga dengan
analogi tertentu. Kata-kata dalam film tersebut yang sangat mengena bagi saya adalah
kata-kata yang diucapkan oleh tokoh Todi, “Hargaku setengah juta”. Menurut saya
kata-kata itu sangat unik tetapi memiliki nilai dan penafsiran yang mendalam
menggambarkan kondisi Todi yang tidak memiliki pilihan lain, membayar utangnya
yang setengah juta dengan cara menikahi Irawati. Menurut saya, banyak kata-kata
yang terkandung dalam film ini yang sangat mengena dan memiliki pesan yang
ingin disampaikan, seperti “Kalau ingin jadi orang, merangkak dulu!”.
Bagi saya, menonton film ini sangatlah menarik karena
saya dapat melihat film buatan zaman dulu. Film yang dibuat dengan alat yang
belum secanggih sekarang. Saya dapat membandingkan antara film Indonesia pada
era tahun 1970an dengan film Indonesia di era sekarang, tahun 2012.
Perbedaannya terlihat dari berbagai hal, baik dari segi busana sang artis,
kata-kata atau dialog yang diucapkan, cara pengambilan gambar atau penyutingan
gambar, gambaran lingkungan keseharian, efek audio, dan masih banyak lagi. Selain
itu, saya juga dapat melihat gambaran Kota Yogyakarta, UGM, dan kegiatan Ospek
tempo dulu yang tentunya tidak bisa saya dapatkan dari film-film Indonesia saat
ini.
Tulisan By : Lia Titi Malinda
*Dilarang keras mengcopy paste tanpa seijin penulis