Sutradara : Hanung Bramantyo
Penulis Skenario : Titien Wattimena
Pemain : Reza Rahardian, Revalina S. Temat, Endhita, Rio Dewanto, Agus Kuncoro, Hengky Solaiman
Tahun rilis : 2011
Film yang berlatar belakang pluralisme agama yang ada di Indonesia sangatlah jarang kita temukan. Tetapi disini sutradara berbakat, Hanung Bramantyo berani untuk mengangkat tema pluralisme agama di dalam filmnya yang berjudul ‘?’ : Masih Pentingkah Kita Berbeda. Film besutan tahun 2011 silam ini, mengangkat tema pluralisme agama dan mengajak para penontonnya untuk berfikir apakah saat ini masih penting untuk kita mempersoalkan perbedaan agama yang ada di Indonesia? Meski berbeda-beda, kita tetap harus bertoleransi satu sama lain dan kita sama-sama menuju ke satu tujuan yang sama.
Film ‘?’ bersettingkan Kota Semarang, Jawa Tengah dan menggambarkan realitas sosial yang benar-benar terjadi di kalangan masyarakat menggambarkan bahwa begitu beragamnya bangsa Indonesia ini. Pemilihan latarnya sangatlah tepat untuk menunjukkan kepada kita bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita harus berhadapan dengan etnis atau suku lain. Pengambilan setting waktu dari awal tahun 2010 hingga awal tahun 2011 ini juga sudah cukup menjelaskan toleransi beragama dan permasalahan yang ingin diungkapkan oleh Hanung dengan digambarkannya waktu perayaan paskah, perayaan idul fitri, perayaan natal, dan juga tahun baru 2011.
Para pemain dalam film ini pun berasal dari aktor dan aktris yang memang sering wara-wiri dalam dunia perfilman seperti Reza Rahardian, Revalina S. Temat, Endhita, dan masih banyak lagi. Mereka berakting sangat apik dalam film ini sehingga dengan menonton film ini kita mendapatkan feel gambaran kondisi sosial perbedaan antar etnis yang sering terjadi. Konflik yang sering terjadi misalnya pertentangan antar suku, yaitu suku Jawa dan suku Cina yang ada di Indonesia dengan digambarkan pada sosok Hendra yang merupakan keturunan Cina bersitegang dengan pemuda-pemuda suku Jawa yang beragama Islam, lalu permasalahan lain perbedaan agama yang seringkali menimbulkan konflik juga diangkat dalam film dengan durasi 1 jam 41 menit ini.
Kita dapat mengambil satu cuplikan adegan dimana pemilik restoran makan cina, Tan Kat Sun, memperkerjakan pekerja-pekerjanya yang beragama Islam. Tan Kat Sun pun selalu memberikan kesempatan pekerjanya untuk melaksanakan ibadah sholat 5 waktu bahkan malah seringkali mengingatkan pekerjanya untuk sholat. Selain itu, untuk menghargai bulan puasa yang dilakukan oleh umat Islam, sang pemilik restoran selalu menutup tokonya dengan kain. Adegan tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan adanya toleransi beragama yang ada di Indonesia.
Hanung Bramantyo sendiri juga berani untuk menggambarkan dua tokohnya yang berpindah agama. Hal ini tentu merupakan isu yang sangat sensitif jika diangkat kedalam sebuah film. Meski sang sutradara beragama Islam, tetapi Hanung Bramantyo tidak hanya menggambarkan film ‘?’ ini melalui sudut pandang Islam saja. Film ini berhasil untuk digambarkan melalui sudut pandang berbagai agama yang ada di Indonesia. Hanung juga menggambarkan banyak adegan dimana permasalahan yang timbul dari prasangka etnis semata apalagi ditambah dengan prasangka yang berangkat dari masalah pribadi akan merugikan pihak lain atau bahkan diri sendiri, contohnya pada adegan tokoh Soleh yang dibakar api cemburu pada tokoh Hendra sehingga ia melakukan pengrusakan bersama warga lainnya pada restoran Cina milik keluarga Hendra.
Film ini telah berhasil menggambarkan pluralisme yang terjadi di Indonesia secara sederhana tetapi dapat langsung tepat pada sasaran. Dengan menonton film ini, kita dapat melihat potret kehidupan sosial beserta konfliknya yang menyangkut dengan perbedaan etnis bahkan seringkali kita tidak menyadari konflik-konflik tersebut terjadi di dalam kehidupan sehari-hari kita. Setelah menonton film ini kita diharapkan dapat cerdas dan berfikir kritis dalam mengambil sisi positif dari keberagaman etnis agama yang ada di Indonesia dan tidak mempersalahkan lagi perbedaan agama yang ada di sekitar kita.
Tulisan By : Lia Titi Malinda
*Dilarang keras mengcopy paste tanpa seijin penulis
Tulisan By : Lia Titi Malinda
*Dilarang keras mengcopy paste tanpa seijin penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar